CATATAN MUDIK: Refleksi 10 Tahun Mudik Bareng KAMUS Lampung
Selasa, September 20, 2016Tahun ini akhirnya penulis kembali ikut rombongan ‘adik-adik’ dari KAMUS Lampung yang melakukan kegiatan rutin, Mudik Bareng, tahun kesepuluh, tepatnya tanggal 23 September 2008 yang lalu. Tulisan ini merupakan kilasan ingatan mulai dari awal pelaksanaan kegiatan ini tahun 1998 hingga saat ini 2008.
Tentang KAMUS Lampung
KAMUS Lampung merupakan kependekan dari Keluarga Muslim Lampung. Sebuah organisasi sederhana yang dibentuk pada tahun 1997 lalu untuk tempat berkumpulnya Mahasiswa Muslim dari SMUN 2 Bandar Lampung yang menempuh perkuliahan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dalam perjalanan waktu, skup organisasi ini diperluas dengan menghilangkan batasan alumni SMUN 2 Bandar Lampung atau Kuliah di Universitas Gadjah Mada, bahkan juga menerima keanggotaan non-muslim.
Saat ini, KAMUS Lampung merupakan organisasi tempat berkumpulnya Mahasiswa Lampung yang berada di Yogyakarta. Kata Muslim lebih diposisikan pada kegiatan yang dipenuhi dengan nilai-nilai kebajikan yang ada pada Islam, dan bukan pada syarat agama pada keanggotaannya. Selama bertahun-tahun, KAMUS Lampung tetap berusaha mempertahankan kesederhanaan organisasi yang melekat pada pendiriannya. Organisasi ini hanya ingin menjadi ‘keluarga’ bagi anggotanya, sehingga diharapkan orientasi kegiatan lebih pada fungsi-fungsi yang mirip dengan keluarga, dan menghindari kerumitan organisasi pada umumnya, karena kondisi mahasiswa yang sudah disibukkan dengan perkuliahan dan aktifitas organisasi di kampus masing-masing. Beberapa kegiatan seperti pengajian rutin mingguan dan bulanan, lomba memasak, jalan-jalan ke pantai, menjenguk dan menjaga anggota yang sakit, mudik bareng, dan kegiatan-kegiatan sejenis bisa memberi gambaran orientasi organisasi ini.
Tentang Mudik Bareng
Dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh KAMUS Lampung, Mudik Bareng merupakan kegiatan yang paling banyak melibatkan massa. Kegiatan ini sendiri dimulai pada tahun 1998 secara tidak sengaja. Pada waktu itu, KAMUS Lampung baru saja berdiri dan beberapa pengurus serta anggota merencanakan pulang ke Lampung secara bersamaan biar ‘seru’. Tercatat hanya ada delapan orang yang saat itu berangkat bersama menuju Lampung dari Yogyakarta. Tahun berikutnya kegiatan tersebut direncanakan dan disosialisasikan secara lebih baik ke teman-teman Mahasiswa Lampung lain yang ada di Yogya sehingga terkumpul mendekati 20 orang.
Tahun-tahun berikutnya jumlah ini terus bertambah hingga diputuskan untuk menyewa bisa saja. Jumlah bis yang disewa sangat fluktuatif karena dipengaruhi berbagai faktor, berkisar antara satu sampai tiga bis. Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan disiasati dengan berbagai acara agar peserta Mudik Bareng tidak merasa bosan, tetapi tentu saja dengan memasukkan unsur nilai-nilai Islam didalamnya. Ada perkenalan, games, door prize, tausiyah, shalat berjamaah, buka dan sahur bersama, pemutaran film Islami, sampai memperdengarkan rekaman bacaan al Quran dan lagu-lagu Islami. Acara-acara tersebut diharapkan tidak hanya ‘membunuh sepi’ dalam perjalanan tetapi juga menimbulkan suasana akrab serta bertambahnya ilmu dan keimanan pada diri peserta dan panitia kegiatan tersebut.
Beberapa Catatan
Beberapa tahun belakangan ini ada banyak kegiatan Mudik Bareng yang diselenggarakan oleh ikatan mahasiswa daerah di Yogya. Mahasiswa Lampung termasuk yang terbanyak dalam melaksanakan kegiatan ini, tidak hanya KAMUS Lampung tetapi juga beberapa organisasi mahasiswa Lampung di Yogya lainnya. Bisa dikatakan bahwa kegiatan mudik bareng yang diselenggarakan oleh masing-masing organisasi disambut dengan cukup baik, hal ini bisa dilihat dari jumlah peserta yang ikut serta. Artinya kegiatan ini bisa menjadi sebuah media promosi bagi banyak pihak, baik swasta maupun pemerintah di Lampung untuk mensosialisasikan produk, brand, peraturan, atau kebijakan yang dimiliki oleh institusi bersangkutan. Terlebih jika kita mengingat bahwa mayoritas peserta mudik merupakan calon-calon pemimpin Lampung yang tengah menempuh pendidikan formal di Yogyakarta yang dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan di Indonesia. Menurut informasi yang didapat penulis, baru satu organisasi yang mendapat support dari pemerintah daerah, yaitu Asrama Lampung yang didukung Pemerintah Provinsi Lampung dalam bentuk subsidi dana sewa bis. Organisasi-organisasi mahasiswa Lampung penyelenggara acara mudik bareng lainnya menjadi ruang promosi atau sosialisasi yang masih kosong bagi swasta dan pemerintah untuk segera dimanfaatkan agar tercipta sinergisitas antara para calon pemimpin Lampung dengan institusi-institusi yang ada di Lampung.
Lebih jauh, dalam dialog penulis dengan beberapa organsisasi mahasiswa Lampung di Yogyakarta, sebenarnya diharapkan pula ada support kepada perjalanan ‘hidup’ organisasi-organisasi tersebut, dan hal ini merupakan sebuah investasi penting bagi provinsi Lampung dan kabupaten-kabupatennya. Organisasi-organisasi tersebut menjadi alat untuk menjaga para calon pemimpin Lampung dari ‘ketersesatan’ yang banyak bertebaran dan ‘merayu’ para mahasiswa untuk ikut serta. Kita bisa membuat list ‘ketersesatan’ yang mungkin membuat para mahasiswa gagal menjadi pemimpin daerah ini. List ini bisa dimulai dengan pergaulan bebas (freesex) yang dalam banyak kasus membuat para mahasiswa terpaksa berhenti kuliah dan tidak tahu harus melakukan apa, ada pula dugem yang didukung maraknya café-café diberbagai kota besar termasuk Yogya, salah satu yang paling mengerikan adalah minuman keras dan narkoba mengingat sering kali mereka tinggal dikos yang bahkan tidak memiliki induk semang. Masih ada banyak hal lain yang juga harus diwaspadai oleh para mahasiswa tersebut. Dan salah satu hal yang membuat mereka cukup terjaga dan waspada adalah keberadaan organisasi-organisasi mahasiswa daerah yang rutin melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat.
Mengakhiri tulisan ini, penulis sekali lagi mengajak institusi-institusi pemerintah dan swasta untuk memberikan support nyata bagi organisasi-organisasi mahasiswa Lampung di Yogya dan dimanapun mereka berada, karena mereka adalah alat ‘penjaga’ investasi yang dimiliki daerah ini, karena mereka adalah ‘penjaga’ para calon pemimpin Lampung.
Sukarame, 28 September 2008
Oleh : Muhammad Aga Sekamdo
sumber: Kabar Indonesia 16-Okt-2008
0 komentar