Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. Al Anfaal : 25)
Demikianlah Allah memperingatkan kita akan kondisi yang mungkin kita dapatkan ketika diam saja menjadi pilihan. Islam mengajarkan kita untuk melakukan kontrol sosial terhadap lingkungan sehingga tidak pada tempatnya kita berdiam diri ketika melihat kemungkaran terjadi. Terlebih jika sebenarnya kita memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan. Bukankah Nabi Muhammad saw mengajarkan pada kita untuk meluruskan kemungkaran dengan kekuatan, atau jika tidak mampu dengan lidah, atau jika juga belum mampu dengan hati.
Dalam konteks Yogyakarta, banyak sekali rumah yang dikontrakkan kepada keluarga ataupun perseorangan. Namun sayang, kontrol sosial dibeberapa kawasan sudah sangat menipis sehingga banyak kemaksiatan terjadi dengan begitu terbukanya. Suatu saat penulis pernah menemukan sebuah rumah kontrakan yang dihuni beberapa mahasiswi yang terletak tepat di depan sebuah masjid tetapi dengan sangat bebasnya sejumlah pria berkunjung bahkan sampai menginap. Sebuah ironi yang mengkhawatirkan, terlebih jika dikaitkan dengan ayat yang tercantum diawal tulisan ini.
Bukankah para pemilik kontrakan itu memiliki kekuatan untuk melarang tindakan kemaksiatan itu terjadi. Bukankah para tetangga bisa menyampaikan tindakan itu kepada pemerintah setempat untuk ditindak. Atau jangan-jangan semua mencukupkan diri dengan menolak dalam hati saja?!.
Bayangkan jika para tetangga menyampaikan kemaksiatan itu kepada pemerintah dan pemilik rumah, lalu ada teguran, lalu jika masih berlanjut ada tindakan lain yang lebih keras lagi. Maka kita bisa berharap rahmat dan berkah Allah turun ditempat tersebut. Terbentuklah lingkungan yang Islami dalam arti yang sebenarnya. Namun, jika hal itu tidak dilakukan maka kita tinggal menunggu diturunkannya siksa Allah pada kita meskipun kita termasuk orang-orang yang selalu memakmurkan masjid. Bukankah janji Allah itu pasti!!!
Maka mulai saat ini kita kuatkan tekad untuk bersama melakukan kontrol sosial terhadap lingkungan kita, agar Yogyakarta benar-benar menjadi kota yang diberkahi, kota Serambi Madinah.
Penulis: M. Aga S.
Published: Juli 2010 @ buletin Ar Rahmah - Pesantren Mahasiswa Daaru Hiraa
Demikianlah Allah memperingatkan kita akan kondisi yang mungkin kita dapatkan ketika diam saja menjadi pilihan. Islam mengajarkan kita untuk melakukan kontrol sosial terhadap lingkungan sehingga tidak pada tempatnya kita berdiam diri ketika melihat kemungkaran terjadi. Terlebih jika sebenarnya kita memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan. Bukankah Nabi Muhammad saw mengajarkan pada kita untuk meluruskan kemungkaran dengan kekuatan, atau jika tidak mampu dengan lidah, atau jika juga belum mampu dengan hati.
Dalam konteks Yogyakarta, banyak sekali rumah yang dikontrakkan kepada keluarga ataupun perseorangan. Namun sayang, kontrol sosial dibeberapa kawasan sudah sangat menipis sehingga banyak kemaksiatan terjadi dengan begitu terbukanya. Suatu saat penulis pernah menemukan sebuah rumah kontrakan yang dihuni beberapa mahasiswi yang terletak tepat di depan sebuah masjid tetapi dengan sangat bebasnya sejumlah pria berkunjung bahkan sampai menginap. Sebuah ironi yang mengkhawatirkan, terlebih jika dikaitkan dengan ayat yang tercantum diawal tulisan ini.
Bukankah para pemilik kontrakan itu memiliki kekuatan untuk melarang tindakan kemaksiatan itu terjadi. Bukankah para tetangga bisa menyampaikan tindakan itu kepada pemerintah setempat untuk ditindak. Atau jangan-jangan semua mencukupkan diri dengan menolak dalam hati saja?!.
Bayangkan jika para tetangga menyampaikan kemaksiatan itu kepada pemerintah dan pemilik rumah, lalu ada teguran, lalu jika masih berlanjut ada tindakan lain yang lebih keras lagi. Maka kita bisa berharap rahmat dan berkah Allah turun ditempat tersebut. Terbentuklah lingkungan yang Islami dalam arti yang sebenarnya. Namun, jika hal itu tidak dilakukan maka kita tinggal menunggu diturunkannya siksa Allah pada kita meskipun kita termasuk orang-orang yang selalu memakmurkan masjid. Bukankah janji Allah itu pasti!!!
Maka mulai saat ini kita kuatkan tekad untuk bersama melakukan kontrol sosial terhadap lingkungan kita, agar Yogyakarta benar-benar menjadi kota yang diberkahi, kota Serambi Madinah.
Penulis: M. Aga S.
Published: Juli 2010 @ buletin Ar Rahmah - Pesantren Mahasiswa Daaru Hiraa