ANN SERU, ANN HARU

10.29

Asosiasi Nasyid Nusantara Jogja telah sukses menyelenggarakan Musyawarah Besar Pengurus di periode kepengurusan yang baru. Acara tersebut diikuti oleh total 13 pengurus ANN Jogja di bawah kepemimpinan Rois Sintesa. Mubes merupakan salah satu agenda yang dilaksanakan untuk mencapai beberapa tujuan, di antaranya : (1) perkenalan antar-anggota ANN, (2) pengenalan anggota terhadap ANN, (3) upgrade diri sebagai pengurus ANN, (4) musyawarah program kerja ANN untuk 1 tahun kedepan.

Mubes kali ini mendapatkan sambutan yang sangat baik dari para munsyid Jogja. Banyak sekali munsyid yang berkenan membagi sebagian rezekinya bagi pelaksanaan agenda ANN ini dan beberapa agenda ke depan yang sedang dirancang. Kami, pengurus ANN Jogja mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada keluarga besar munsyid Jogja yang dengan kerendahhatiannya tidak ingin disebutkan satu persatu.

Dengan banyaknya dukungan dari berbagai pihak, ANN masih membutuhkan tenaga baru yang siap bersinergi membangun nasyid jogja. Inilah saatnya kita menjadi tonggak perjuangan berdirinya kejayaan nasyid Indonesia dimulai dari Jogja.

Sabtu, 26 November 2016, serangkaian acara Musyawarah Besar Pengurus ANN Jogja dibuka oleh Firas Byzi selaku MC tepat pukul 20.00 WIB di Wisma Mentari Kaliurang. Acara pertama, yaitu sosialisasi AD ART oleh Mas Aga selaku pambina ANN Jogja. Sebelum memberikan sosialisasi AD ART kepada pengurus ANN, Mas Aga berkenan flashback tentang awal perjalanan beliau bersama ANN. Beliau memaparkan bahwa sebenarnya banyak sekali penggiat nasyid yang dulu aktif di ANN dan kini sudah menjadi sosok-sosok hebat.

Walaupun demikian, mas Aga menyayangkan berhentinya interaksi beliau-beliau dengan dunia nasyid yang akhirnya memaksa nasyid kehilangan sosok-sosok tersebut. Mas Aga berharap kelak para penggiat nasyid yang saat ini penuh semangat akan terus bertahan dalam dakwah. Berikut adalah pemaparan Mas Aga kepada pengurus ANN tentang nasyid, industri nasyid, dan peran ANN.


Nasyid itu “lebih” dari musik positif lebih lagi dari musik-musik lainnya. Kita tidak bisa hidup memperjuangkan nasyid jika pola hidup kita tidak dengan dengan nasyid. Contohnya kita lebih senang mendengarkan dan mengoleksi lagu-lagu biasa, bahkan bukan musik positif apalagi nasyid.

Bagaimana nasyid jadi budaya jika tidak ada simbol yang dimunculkan? Kita harus lebih memahami bahwa nasyid tidak melulu adalah munsyid (pelantun nasyid). Nasyid bisa jadi merambah bisnis agar semakin dikenal, sehingga banyak dimensi yang dapat dimainkan di ANN, tidak hanya munsyid. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada alasan bagi para penggiat nasyid untuk putus dengan dunia nasyid.

Kita tidak bisa mengangkat nasyid jika hanya di (media) situ-situ saja, misalnya radio. Hal tersebut bukan menutup kemungkinan bahwa masyarakat mengenal nasyid dari radio, namun saat ini kebanyakan masyarakat lebih cepat mengetahui sesuatu yang baru dari TV.

Dengan begitu, salah satu yang bisa kita lakukan adalah menjalin kerjasama dengan TV daerah maupun nasional. Visi ANN untuk nasyid, yaitu agar sejajar dengan musik lain dapat diikhtiarkan via TV. Selain itu, kita dapat menjadi EO misalnya, yang kemudian mengundang nasyid, atau melakukan promosi ke orang-orang agar mengundang grup-grup nasyid di acaranya, dan lain-lain. Hal-hal tersebut merupakan bentuk dimensi lain dari bernasyid.

Saat ini ada beberapa nasyid yang sudah keluar dari batasan karena tidak berbicara tentang nasyid, muatannya kurang baik, penampilannya kurang sesuai, dll. Dalam hal tersebut, seharusnya ANN dapat menjadi pembatasnya. Kajian nasyid jogja harus terus diadakan karena munsyid harus paham tentang agama. Seorang munsyid harus mengetahui batasan-batasan dalam Islam tanpa harus menjadi ustadz, cukup sebagai seniman yang terus berniat untuk berdakwah. Selain itu, kita butuh orang yang masuk ke media atau bahkan mendirikan media massa sebagai ladang dakwah berdimensi lain di dunia nasyid.

Ketika berbicara tentang nasyid, orang-orang pasti akan melihat ANN dan menganggap pengikutnya banyak. Dalam hal ini, yang dapat kita jadikan contoh adalah FLP (Forum Lingkar Pena). Ketika pada sebuah buku terdapat label FLP, maka pasti akan diminati oleh banyak orang. ANN InsyaAllah sudah memiliki citra baik di masyarakat sebagai penggiat musik religi. Ketika masyarakat butuh grup nasyid, kita harapkan mereka akan cenderung pertama kali menghubungi ANN. Dengan demikian, peluang ANN sebenarnya sangat besar untuk lekat di hati masyarakat.

Di Sumatera & Kalimantan, nasyid dapat berkembang dengan baik karena sudah sangat kental dengan budaya Melayu. Seperti yang kita ketahui bahwa budaya Melayu dapat dikatakan dekat dengan Islam. Berbeda dengan di Jawa yang musiknya terkenal berjenis dangdut dan campursari. Hal itu sering dijadikan alasan sulitnya nasyid berkembang di Jawa.

Apakah nasyid bisa dibuat dangdut atau campursari (mengikuti budaya di Jawa)? Tentu. Zaman dulu ada lagu-lagu Rhoma Irama yang sangat terkenal dengan lirik (muatan) yang mengajak pada kebaikan atau beribadah. Penemu campursari juga adalah sosok yang baik. Jika nasyid mulai dekat dengan kebudayaan sekitar, maka akan lebih mudah diterima oleh masyarakat, seperti cara berdakwah Sunan Kalijaga, yaitu mendekati masyarakat Jawa dengan gamelan dan wayang.

Fenomena yang kini terjadi adalah nasyid hanya dianggap side job oleh para munsyid, sehingga latihan hanya terjadi ketika akan tampil atau maksimal sepekan sekali. Ketika harus bersaing dengan musik konvensional, ternyata munsyid masih kalah. Dengan demikian, salah satu fungsi ANN adalah membuat loncatan-loncatan terkait kualitas nasyid, seperti pelatihan vokal rutin bagi para munsyid, dokumentasi yang baik ketika munsyid tampil, dan soft promo, marketing, serta managerial yang baik.

NASYID BUKAN UNTUK SALING BERSAING. Hal tersebut harus ditekankan oleh ANN kepada seluruh grup nasyid / munsyid di Jogja karena nasyid merupakan dakwah, sedangkan dakwah harus berjalan harmonis, beriringan. Di dunia nasyid jika hanya 1 atau 2 tim saja yang bagus, maka nasyid tidak akan benar-benar bagus. Sesama munsyid tidak boleh saling bersaing dalam hal mendapatkan job ataupun menutup peluang satu dengan yang lain. Tidak boleh ada sekat di antara para munsyid atau penggiat nasyid.

Sehubungan dengan hal tersebut, dakwah dengan nasyid harus tetap jalan, tetapi para penggiatnya juga harus bisa hidup. Jika nasyid belum begitu bagus, maka siapa yang akan bertahan? Jika kelak munsyid sudah berkeluarga, namun nasyid belum menjanjikan secara materi, maka banyak munsyid yang akan gugur. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi dunia nasyid karena nasyid akan mati.

Ini bukan soal nasyid itu komersil, tapi soal mempertahankan nasyid di masyarakat sebagai sarana dakwah. Nah, supaya ANN dapat dikenal, sebaiknya ANN mempunyai anggota khusus, seperti para budayawan, bussiness man, dll. Selain itu, iuran anggota perlu digalakkan lagi agar kegiatan ANN berjalan dengan baik.  ANN harus punya sumber keuangan pokok agar terus berjalan.

Dari berbagai hal yang dipaparkan oleh Mas Aga malam itu, dapat disimpulkan bahwa nasyid di Indonesia khususnya di Jogja, harus banyak berbenah. Para pengurus dan penggiat nasyid pun harus mengenal nasyid sebagai sarana dakwah secara lebih luas dan menyeluruh. Para pengurus dan penggiat nasyid harus berkolaborasi dan bersinergi membangun nasyid itu sendiri.

Cita-cita nasyid sungguh mulia bagi perjalanan dakwah dan keberlangsungan hidup para pendakwah itu sendiri. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memperjuangkan nasyid. Jika tidak sekarang kita mulai, kapan lagi? Tidak ada keburukan pada nasyid kecuali kita belum benar-benar memahami dan memperjuangkannya dengan baik.

Pembahasan AD ART ANN dan pemaparan tentang dunia nasyid oleh Mas Aga berakhir sekitar pukul 23.00. Serangkaian acara mubes ANN dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi ringan tentang rancangan program kerja per-divisi. Sekitar pukul 00.00 satu persatu pengurus ANN beristirahat di kamar masing-masing untuk mempersiapkan serangkaian acara esok hari.

Sesuai dengan salah satu tujuannya, yaitu meng-upgrade ­kualitas diri pengurus ANN, mubes tersebut dirancang memiliki beberapa agenda spiritual, di antaranya adalah sholat tahajud, tilawah, membaca doa al-ma’tsurat bersama, sholat wajib berjamaah, dan sholat dhuha. Selain itu, ada juga agenda fikriyah berupa kajian Subuh dan diskusi tentang nasyid.

Tidak hanya spiritual dan mental yang di-upgrade, namun juga fisik. Ahad pagi sekitar pukul 05.30 wisma ditinggalkan untuk melakukan olahraga dan refreshing bersama. Agenda itu berupa jalan sehat di sekitar kawasan gardu pandang hingga taman parkir objek wisata Goa Jepang.

Selama di perjalanan yang jalannya cukup menanjak, beberapa munsyid seperti Firas, Dede, Rois, Iqbal, dan Rifki mencoba vokalisi. Sampai di area Goa Jepang, mereka mencoba membuat formasi grup nasyid alakadarnya dan menyenandungkan beberapa lagu nasyid. Hal tersebut ternyata cukup menarik perhatian beberapa warga yang juga sedang menikmati sejuknya udara pagi di sana.

Saat kembali ke wisma, ada sedikit kejadian menarik. Kami tidak dapat masuk wisma. Sebelumnya kami mengancing pintu dari dalam dan keluar melalui jendela. Akibat tidak diberikan kunci pintu oleh pemilik wisma. Ternyata jendela tempat Iqbal keluar tidak bisa dibuka karena ikut terkunci. Hampir 20 menit dilalui hanya untuk berusaha membuka jendela tersebut, namun tidak juga berhasil. Akhirnya, Rifki mencoba menelusup masuk melalui jendela dapur. Alhamdulillah.. kepanikan yang sempat melanda pun berakhir bahagia.

Sekitar pukul 09.00 acara refreshing dilanjutkan dengan beberapa permainan tim yang dipimpin oleh trainer bernama Mas Luki. Mas Luki membuat suasana semakin renyah dan seru. Tiga belas orang pengurus yang hadir pun merasa senang dan menjadi lebih mengenal satu dengan yang lain.

Sebagai informasi, skuad ANN Jogja periode ini terdiri dari 8 orang laki-laki dan 5 srikandi (perempuan). Dalam menjalankan berbagai program kerja untuk memajukan nasyid di Jogja, ANN masih membutuhkan tenaga muda yang siap bersinergi bersama. Buat kamu yang merasa ini perlu diperjuangkan, mari bersinergi.

Siang menjelang dan acara dilanjutkan kembali dengan pembuatan timeline program kerja ANN. Diskusi hangat terjadi sepanjang kurang lebih 2 jam. Banyak saran yang diberikan kepada sesama pengurus terkait program kerja divisinya dan pendapat tentang penentuan timeline agenda.

Sekitar pukul 13.00, udara Kaliurang yang menghangat mengiringi penutupan serangkaian acara Musyawarah Besar Pengurus ANN Jogja. Acara ditutup dengan doa bersama yang khusyuk dan penuh haru untuk kelancaran serta keberkahan program kerja ANN. Selain itu, suasana haru semakin menguat saat tiba pada doa bagi kesembuhan Ibunda Dede Awallun serta Ayahanda Wulan yang sedang sakit, juga doa bagi Almh. Ibunda Ratih Kartika yang baru saja kembali ke Rahmatullah dengan tenang.
Innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun.. Allohummaaghfirlahaa waarhamhaa wa’aafiha waa’fu’anhaa.
Tepat 2 hari sebelum Mubes ANN Jogja dilaksanakan, keluarga besar ANN dan munsyid Jogja berduka. Ibunda Ratih Kartika wafat di UGD sebuah rumah sakit di Cilacap pada saat Ratih sedang melaksanakan sholat Dhuha di sampingnya. Beliau tidur pulas untuk selamanya dalam tenang dan wajah tersenyum.

Kembali lagi kita diingatkan oleh Allah akan kematian, bahwa kematian adalah sahabat yang paling dekat, bahwa kematian akan menimpa siapa saja dan di mana saja. Maka, tidak ada lagi kata “nanti” untuk berbenah dan terus berdakwah LILLAHI TA’ALA. (m)

Wisma Mentari, Kaliurang, Sleman
Sabtu-Ahad, 26-27 November 2016

sumber: ANN Jogja 

nb. kata-kata berwarna merah merupakan editan saya 

You Might Also Like

0 komentar

recent posts

Follow My Facebook