Sebuah Usulan

12.45

 

Sebuah Usulan:

Kerinduan akan Musik Religi

 

Hari jumat 14 April 2023 kemarin saya mengobati sebuah kerinduan dengan mendatangi Festival Musik Religi JOGLOSEMAR yang diselenggarakan dioleh Nasyid Nusantara DIY bekerja sama dengan beberapa pihak. Kerinduan akan musik-musik penuh makna, karena bagi saya, itulah batasan yang selama berpuluh tahun saya perjuangkan ketika bergerak bersama teman-teman munsyid (pelantun nasyid). Secara sederhana saya mendefinisikan musik yang boleh saya dan keluarga nikmati adalah musik yang memiliki nilai kebaikan, terlepas dari genre apa musik itu berasal. Kenapa saya tulis yang boleh saya dan keluarga nikmati, karena jika memakai kata dengarkan maka ada banyak musik yang terdengar oleh kami baik secara sengaja ataupun tidak. Bagi saya nilai dalam sebuah musik merupakan salah satu alasan yang membuat saya mendengarkan sebuah lagu atau tidak. Meski terkadang tetap terlena juga dengan alunan musik yang begitu menghanyutkan meskipun nilai yang ditawarkan merupakan keburukan, akan tetapi saya berusaha untuk terus menjaga batas ini. Tolong tidak usah membahas apakah musik sama dengan lagu, apakah musik itu hanya instrumen atau dengan syair, atau yang sejenisnya. Toh menurut saya, sebenarnya Anda paham dengan apa yang saya maksudkan. Bagi saya, nilai yang dihadirkan oleh sebuah musik perlahan akan berpengaruh pada cara kita memilih kata, cara kita berpikir, cara kita memandang permasalahan. Ketika nilai yang dihadirkan adalah sumpah serapah kepada orang tua misalnya, maka kemungkinan begitulah cara kita memandang orang tua kita, bahkan mungkin dalam suatu waktu kita akan memaki orang tua kita. Ketika nilai yang dihadirkan adalah perselingkuhan atau cinta satu malam atau tukar pasangan atau yang sejenis, maka jangan heran jika nilai-nilai tersebut menjadi sangat biasa dalam kehidupan keseharian kita. Namun, ketika nilai yang dihadirkan adalah ajakan agar senantiasa tersenyum kepada orang lain maka kemungkinan kita akan menjadi tergerak untuk tersenyum kepada orang lain. Tentu tidak instan, ada banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap nilai yang kita miliki, yakini, dan amalkan, akan tetapi apa yang kita dengarkan menjadi salah satu unsur yang membentuk nilai-nilai tersebut.

Pemikiran saya tentang nilai yang membentuk seseorang dari sebuah musik itulah yang menjadi penyemangat saya selama puluhan tahun bertahan untuk terus peduli dengan jenis musik ini. Anda bisa jadi merupakan orang yang sangat mulia akhlaknya, sangat dalam ilmunya, akan tetapi terkadang mengalami kesulitan dalam menyampaikan semua hal tersebut kepada orang lain. Ini baru menyampaikan. Bagaimana dengan mempengaruhi, merubah?!  Tentu masih lebih jauh lagi. Musik bisa jadi merupakan salah satu jalan untuk memudahkan penyampaian nilai kepada kalangan yang lebih luas.

Saya termasuk orang yang beruntung karena masuk dalam generasi yang meskipun tidak terlalu awal berkecimpung dalam dunia musik religi, akan tetapi sempat merasakan fase-fase ketika musik ini tumbuh, berkembang, dan bahkan berbuah dengan sangat lebatnya. Ketika sekolah-sekolah memiliki ekskul nasyid, shalawat, marawis. Ketika kampus-kampus semarak dengan konser-konser nasyid, shalawat, marawis, dan musik religi. Ketika hampir setiap tahun muncul lagu-lagu religi yang menjadi hits dikalangan masyarakat luas. Lalu kami menua, kurang produktif, dan mungkin saat yang bersamaan muncul kejenuhan dimasyarakat luas terhadap musik religi. Hingga tiba-tiba saya terhenyak ketika menghadiri acara yang saya sebutkan diawal tulisan ini. Acara yang menghadirkan begitu banyak personil musik religi dari berbagai kota, yang beberapa diantaranya merupakan musisi terkenal dalam komunitas musik ini diwilayah Yogyakarta bahkan nasional. Namun, tidak terlihat para penikmat musik religi berdatangan menghadiri acara tersebut. Orang-orang yang lalu-lalang pun seperti asing dengan acara yang berlangsung. Saya dan istri yang hadir dalam acara tersebut hanya bisa berbagi kesedihan dan nostalgia tentang kejayaan masa lalu.

Setelah pulang, saya merenungi dan menelaah satu-persatu berbagai rekaman yang muncul dalam ingatan tentang apa yang saya lihat malam itu. Beberapa catatan akan saya tuliskan sekedar sebagai usulan perbaikan bagi kita semua yang berkecimpung atau pernah berkecimpung dalama dunia musik religi. Catatan ini tentu sangat parsial, mungkin lain kali bisa saya tambahkan, atau ditambahkan oleh pihak lain. Saya berharap catatan ini masuk sebagai hal yang diajarkan ketika melakukan pembinaan musik religi, baik itu melalui ekskul ataupun remaja masjid atau asosiasi atau melalui jalan apapun. Secara skil, para pelaku musik religi sudah berkembang dengan sangat baik, dalam semua lini. Genre musik sudah sangat beragam, teknik vokal meningkat, skil alat musik, bahkan kemampuan aransemen juga sudah meningkat tajam. Namun, ada beberapa mentalitas atau adab yang mungkin perlu ditanamkan dalam komunitas musik religi agar bisa kembali mewarnai Indonesia dan bertahan dalam kondisi tersebut.

1.       Berilah Dukungan

Banyak cara untuk memberikan dukungan terhadap berkembangnya komunitas musik religi. Kuncinya adalah niatkan untuk selalu mendukung. Jika niat ini sudah muncul maka biasanya cara akan mengikuti. Ada yang bisa mendukung dengan menghadirkan musik religi dalam acara-acara di kantor/sekolah/masjid/kegiatan yang dikelolanya. Ada yang bisa mendukung dengan menjadi sponsor/donatur berbagai kegiatan musik religi, mulai dari pembinaan hingga konser. Ada yang mendukung dengan sering memutar musik religi bahkan mermpromosikan kepada orang lain. Hingga hal sederhana yang saya lakukan kemarin, menghadiri konser.

Mungkin tidak terlalu tepat, karena memang tidak spesifik, akan tetapi hadits di bawah ini bisa menjadi pengingat bahwa menghadiri undangan, apalagi untuk kegiatan yang menyebarkan nilai kebaikan, merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan dalam Islam. Jadi jika kita mampu, maka usahakanlah untuk hadir. Hal ini juga berlaku bagi para pelaku musik religi itu sendiri, bahwa ketika Anda tidak dimenjadi pengisi suatu konser maka berusahalah untuk hadir, ajak orang lain untuk hadir, karena ini bukan tentang kita saja, akan tetapi tentang menyebarkan nilai kebaikan untuk peradaban yang lebih baik dan terus menjadi lebih baik.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim, no. 2162)

2.       Saling Menghargai

Alangkah indahnya jika kita bisa saling menghargai. Bagi kita yang bukan pelaku musik religi, usahakan hadir disemua sesi, jangan hanya hadir ketika musisi kesukaan kita hadir di atas panggung karena nasihat kebaikan itu bisa hadir dari musisi yang manapun. Dan bagi pelaku musik religi, bisakah Anda menyabarkan diri untuk melihat penampilan musisi lain sebelum dan sesudah penampilan Anda. Tindakan ini tidak hanya akan membuat muncul rasa saling menghargai, juga akan membuat silaturahim menjadi lebih terjaga, selain tentu saja karena semua orang membutuhkan nasihat dari orang lain.

Lagi-lagi mungkin atsar di bawah ini tidak terlalu spesifik bicara tentang menghadiri keseluruhan sebuah acara, tetapi poin menghargai orang lain yang ditunjukkan oleh shahabat Sufyan Ats Tsauri radhiyallahu ‘anhu (dan ada beberapa pernyataan sejenis dari shahabat yang lain) bisa menjadi teladan yang baik bagi kita. 

Berkata Sufyan Ats Tsauri radhiyallahu ‘anhu "Sungguh seorang lelaki menyampaikan kepadaku sebuah hadits yang sungguh aku telah mendengarnya sebelum dia dilahirkan oleh ibunya. Maka adab yang baik menjadikanku mendengar darinya."

Saya ingin kita memulai dari dua adab ini terlebih dahulu, agar komunitas musik religi menjadi lebih kuat, lebih akrab, dan lebih jelas arah tujuannya. Komunitas ini memiliki dasar yang sangat kuat, ada banyak Taman Al Quran, Sekolah Islam, Kampus Islam, Pesantren, Majelis Taklim, Remaja Masjid, Dewan Masjid, dan lain sebagainya, tinggal bagaimana kita membangun rasa saling mendukung dan saling menghargai. Jika ini sudah terbangun, maka insya Allah perjuangan kita memperjuangkan musik yang menghadirkan nilai kebaikan demi terbentuknya peradaban yang maju serta mulia menjadi lebih mudah kita tapaki bersama.

Semoga Allah menyatukan hati dan memudahkan langkah kita.

Sleman, 19 April 2023

M. Aga S.

radionasyid.net


sumber: radionasyid 

 

You Might Also Like

0 komentar

recent posts

Follow My Facebook